Jumat, 26 Januari 2024

Level Tertinggi Dalam cinta Adalah Ikhlas

    Entah apa rencana Tuhan kepadaku, ini tentang cinta pertamaku yang tak mungkin kembali tapi berkali-kali hadir menyapa secara diam-diam dengan sosok yang sangat kutakuti. Iya aku takut, karena ia tak sendiri lagi, karena ia kepunyaan orang dan telah menajdi seorang ayah. Selama menjalin hungan kurang lebih 3 tahun kami hanya bertemu beberapa kali, tidak seperti pasangan pada umumnya karena kami tinggal di kota dan provinsi yang berbeda. Meski jarang berjumpa hubungan kami tetap terjaga dengan baik, waktu berlalu, hubungan kami pun terus berjalan, banyak rencana konyol yang kami bicarakan melalui telfon. Dia sosok yang romantis, penyayang, peduli, semua kepribadiannya tidak mengecewakan bahkan tidak di mimpi sekalipun. "Tapi jarak dan waktu mengubah keadaan" itu alasan yang ia berikan saat aku mengetahui kenyataan dia memiliki orang spesial selain diriku saat hubungan kami sudah berjalan lebih satu tahun, bagiku itu bukan alasan karena aku sendiri saat itu belajar dan bekerja di beberapa kota, mengenal banyak laki-laki dari berbagai kalangan bahkan tidak sedikit yang mendekati, tapi itu tidak membuatku mengambil kesempatan untuk berbuat curang. Malam itu seorang menelfon, menanyakan tentang siapa aku, ada hubungan apa dan sudah berapa lama menjalin hubungan, dari semua pertanyaan itu aku mengerti hubungan kami sedang tidak baik-baik, kepercayaanku telah dihancurkan, kesetiaanku dibalas dengan pengkhianatan tapi aku masih berusaha untuk berfikir jernih dan bertanya tentang sosok wanita ini, wanita yang sekarang menjadi ibu dari anaknya. Semua pertanyaan, jawaban, dan penjelasannnya menyimpulkan dia hanya korban, dia juga tidak tahu menjadi orang ketiga diantara kami. Kesalahpahaman antara kami selesai, bahkan tidak ada konflik, tapi itu tidak berlaku untuk pacarku, dia adalah orang yang harus bertanggunngjawab atas hancurnya perasaanku saat itu. Waktu berlalu, hubungan kami kembali membaik, perasaanku bahkan tidak berkuranng sedikitpun tapi tidak dengan kepercayaanku. Hampir 2 tahun kami menjalani hubungan setelah kejadian itu, hubungan yang kupaksa, hubungan yang fikiran dan hati saat itu bertolak belakang, hubungan yang tak lagi kupercaya, bagiku semua uacapan yang keluar dari mulutnya adalalah kebohongan yang harus kupercaya demi menjaga hubungan kami. Setelah 2 tahun entah karena apa hubungan kami kandas, saat itu aku merasa aku adalah orang yang paling menderita sampai memutuskan untuk bekerja jauh dari kampung halaman. 3 bulan berlalu, ia menghubungiku kembali dengan kabar ia akan menikah dengan perempuan yang pernah menjadi orang ketiga dalam hubungan kami, tapi bukan dengan tujuan untuk mengundang tapi mengatakan masih sayang dan tidak ingin menikah, aku sendiri tidak mengerti dengan fikirannya saat itu. Karena perasaanku memang tidak pernah berubah untuknya jadi aku memulai lagi obrolan dengan drama air mata sebelum beberapa bulan pernikahannya, kami membahas 3 tahun yang kami lewati bersama, saling meminta maaf atas kesalahan kami sebelumnya, dan berjanji untuk tetap berhubungan baik setelah ia menikah. Tapi rencana kami bukan takdir yang disiapkan Tuhan, Tuhan tau aku pasti tidak akan mampu bergandengan hidup dengannya yang akan duduk di pelaminan dengan orang lain, dan di saat itu juga aku di uji dengan bermacam masalah yang menjauhkan aku dengannya, saat itu handphone ku hilang dimana semua akses untuk berkomunikasi dengan sudah terputus karena aku tidak mengingat nomor kontaknya bahkan untuk masuk ke akun facebook sendiri aku lupa kata sandi,selang beberapa minggu aku didiagnosa usus buntu dan harus segera dioperasi, 2 minggu setelah operasi aku memutuskan untuk pulang ke kampung untuk perawatan yang lebih maksimal karena di tempat kerja aku tidak memiliki siapa-siapa untuk merawatku. Semingggu setelah dirawat di rumah aku mulai membaik, aku mulai bisa berfikir untuk hal yang lain selain rasa sakit bekas jahitan di perutku. Aku teringat 2 hari lagi adalah hari pernikahannya, karena saat komunikasi kali terakhir ia menyebutkan tanggal pernikahan, saat itu aku kembali merasa sesak, aku sadar benar-benar sudah kehilangan dirinya, tak ada lagi kesempatan untuk berbicara bahkan sekedar untuk menyapa. 2023 genap lima tahun aku merawat hati, membiasakan diri, meyakinkan diriku bahwa ia hanya bagian dari hidup bukan hati, tepat di malam ulang tahun ku ia muncul kembali dan memberi kabar, saat itu aku berfikir kabar itu adalah hadiah tapi kenyataannya ia adalah ujian, perasaanku diuji oleh seorang ayah oleh seorang suami oleh seorang yang sudah berumah tangga yang datang kembali mengungkit masalalu, menyatakan perasaan bersalah dan menyesal, mengutarakan kembali perasaan yang tak pernah hilang, dan mencoba merajut hubungan terlarang. Orang-orang yang ada dalam hidupnya tidak akan menjadi alasan untuk aku berhenti mencintai tapi mereka adalah alasan yang kuat untuk menghentikan niatku memilikinya. Aku sempat dilema dengan kehadirannya yang terakhir, tapi lagi dan lagi Allah menunjukkan jalannya, jalan yang sederhana melalui sebuah mimpi, aku dan dia bertatap mata tanpa bicara dan aku yakin tatapannya adalah ungkapan cinta yang tulus bahkan tidak pernah kudapatkan dengannya di dunia nyata dan itu membuatku merasa puas, cukup, dan menjadi ikhlas. Dulu aku tidak percaya dengan perkataan "mencintai tidak harus memiliki" tapi sekarang itu yang terjadi padaku, aku bisa mencintai seseorang dengan tulus tanpa harus memiliki dan menyakiti orang lain.